JOGJA PANDU PERADABAN NUSANTARA MENUJU “HAMEMAYU HAYUNING BAWANA”
marsono_marsono 20 Januari 2025 19:07:26 WIB
1
Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta
Sambutan
JOGJA PANDU PERADABAN NUSANTARA
MENUJU “HAMEMAYU HAYUNING
BAWANA”
Jogja Expo Center, 18 Januari 2025
---------------------------------------------------------
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Semoga-lah kedamaian, keberkahan, dan rahmat
Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa menyertai kita
semua,
Yang saya hormati:
Ketua DPRD DIY;
Jajaran Forkopimda DIY;
Bupati dan Penjabat Walikota se-DIY;
Pimpinan instansi vertikal di wilayah DIY;
Para Rektor dan akademisi;
Para Pejabat Sipil, TNI, dan Polri;
Mitra kerja perbankan;
Para Lurah se-DIY;
Para seniman dan budayawan;
Para Ketua BEM Perguruan Tinggi;
Organisasi Sosial Masyarakat dan Komunitas se-
DIY;
Tamu undangan serta hadirin sekalian.
SUDAH selayaknya, kita mengucap syukur
kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,
bahwasanya di awal tahun 2025 ini, kita masih
diberikan nikmat sehat dan nikmat kesempatan,
sehingga dapat berjumpa dalam agenda, dengan
jenama “Jogja Pandu Peradaban Nusantara Menuju
“Hamemayu Hayuning Bawana”.
Dalam terminologi Jawa, ungkapan rasa syukur
itu, salah satunya tersimbol dari berbagai hasil bumi
yang tersaji hari ini, sebagai anugerah alam, yang
senantiasa memberikan hidup-kehidupan-
penghidupan.
Rasa syukur itu juga kian bermakna, karena hajat
nasional pesta demokrasi, mulai dari Pilpres dan
Pemilihan Legislatif Serentak, dilanjutkan dengan
Pilkada Serentak, dapat berjalan kondusif di DIY.
Saya meyakini, bahwa kematangan masyarakat
dalam berpolitik, salah satunya adalah buah dari
teladan kepemimpinan di segala level, seiring
komitmen yang terjalin dari momentum “Jogja Nyawiji
Ing Pesta Demokrasi” pada 28 Oktober 2023, dan
“Jogja Nyawiji Awasi Pemilihan 2024”, pada 11
Oktober 2024.
Di sisi lain, aparat menunaikan tugasnya dengan
penuh adab, menjadi tiang penyangga harmoni dan
ketertiban. Tiada aksi represif, aparat berkolaborasi
dengan masyarakat, untuk menjaga situasi tetap
kondusif. Tiada anarkisme yang membakar, tiada pula
butir kerikil yang melayang, di tengah hiruk-pikuk
perbedaan pandangan.
Selanjutnya, dalam perannya sebagai kota
pendidikan dan pariwisata, Yogyakarta dengan hangat
membuka diri bagi warga pendatang dari berbagai
penjuru Indonesia maupun mancanegara. Dengan
semangat inklusivitas, Yogyakarta berupaya merajut
keragaman, yang terwujud melalui akulturasi,
memperkaya nilai-nilai istimewa sebagai menjadi
identitasnya. Harapannya, predikat "Jogja Istimewa"
akan semakin bermakna, selaras dengan harmoni
budaya yang terus berakselerasi.
Satu pesan saya, terkhusus bagi komunitas
perantau, bahwa untuk memberi sumbangsih dan
menjadi “wong Jogja”, tidaklah harus lahir di Jogja dan
atau memiliki darah keturunan Jawa. Sudah
semestinya, keistimewaan Jogja adalah untuk
Indonesia. Bahwa Menjadi Jogja, adalah Menjadi
Indonesia.
Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
PASCA pesta demokrasi, tibalah saatnya kehidupan
menemukan wujud sejati. Kini, waktu bukan lagi untuk
selebrasi, atau malah untuk melanjutkan ketegangan di
ruang maya. Sudah seharusnya, waktu menjadi milik
kerja nyata dan kolaborasi berbudaya, dalam
pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara.
Resonan dengan tema hari ini, dalam filosofi
"Hamemayu Hayuning Bawana" terkandung
kewajiban “Tri Satya Brata”. Pertama, “rahayuning
bawana kapurba waskitaning manungsa”—bahwa
kesejahteraan dunia, tergantung pada manusia yang
memiliki ketajaman rasa, serta bagaimana manusia
menjalin harmoni dengan alam.
Kedua, “darmaning manungsa mahanani
rahayuning negara”—bahwasanya tugas manusia
adalah menjaga keselamatan negara. Ketiga,
“rahayuning manungsa dumadi karana
kamanungsane”—bahwa keselamatan manusia adalah
oleh kemanusiaannya sendiri.
Sehingga dapat dimengerti, pada hakikatnya,
makna yang tersandang dalam "Hamemayu Hayuning
Bawana", adalah misi mulia manusia, untuk senantiasa
menjadikan perbuatan baik kepada sesama dan alam
lingkungannya, sebagai bukti bahwa ia benar-benar
hidup, dengan perannya masing-masing, walau sekecil
apapun.
Saudara-saudara sekalian,
KI HAJAR DEWANTARA menyatakan
kebudayaan sebagai hasil budi manusia yang beradab,
lahir dari perjuangan, serta buah interaksi dengan alam,
zaman, kodrat, dan masyarakat, sehingga menunjukkan
sifatnya yang dinamis. Sutan Takdir Alisjahbana,
mengartikulasi pentingnya sifat progresif, untuk
membangun Kebudayaan Nasional Indonesia yang
modern dan maju, agar sejajar dengan bangsa lain
dalam sains, teknologi, dan ekonomi.
Apabila dikaitkan dengan cita-cita Pandu
Nusantara hari ini, maka nilai moral “Hamemayu
Hayuning Bawana”— memang harus senantiasa
ditransformasi, agar tetap menjadi sebuah budaya
hidup atau living tradition. Bahwa budaya bukan
sekedar kata benda, tetapi menjadi kata kerja aktif-
produktif di era modern, melalui pendekatan
teknokratis, sistematis, dan berkelanjutan.
Di lingkup Pemerintah Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta misalnya, budaya organisasi dan reformasi
birokrasi didesain, untuk menciptakan tata kelola
pemerintahan yang lebih efektif dan efisien. Tujuannya
adalah, menghadirkan layanan publik yang adaptif,
inovatif, dan berorientasi pada pencapaian hasil nyata
bagi masyarakat.
Salah satu contoh terkini adalah penggabungan
beberapa bagian dari Biro Tata Pemerintahan dan Biro
Pemberdayaan Masyarakat menjadi Dinas
Pemberdayaan Masyarakat, Kalurahan,
Kependudukan, dan Pencatatan Sipil. Saya berharap,
penyesuaian kelembagaan ini dapat mempercepat
terwujudnya Reformasi Kalurahan secara tuntas dan
menyeluruh.
Bahwa kalurahan bukan sekadar menjadi entitas
administratif, tetapi sebuah ruang kehidupan yang
memberdayakan, mengayomi, dan menjadi fondasi,
dari sebuah peradaban yang lebih luhur, untuk
memerangi segala bentuk kemiskinan,
keterbelakangan, dan kesenjangan.
Dengan didukung penyelenggara negara yang
bekerja cerdas dan berkeadilan; pengajar dan pelajar
yang inovatif dan ikhlas berlandaskan keilmuan;
rohaniawan yang mengamalkan kesalehan ritual dan
kesalehan publik; wirausahawan yang inovatif, dan
warga yang kreatif, maka “Insya Allah”, cita-cita luhur
“Jogja Pandu Peradaban Nusantara Menuju
“Hamemayu Hayuning Bawana”, dapat dicapai.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih dan
apresiasi yang tulus kepada penggagas dan
penyelenggara acara atas dedikasi dan kerja kerasnya,
serta kepada seluruh peserta dan hadirin, yang telah
turut menyukseskan acara ini.
Semoga Tuhan Sang Kuasa Cipta, senantiasa
menunjukkan jalan lurus-Nya, dalam setiap upaya
membangun harmoni kehidupan manusia, baik dengan
sesamanya, maupun dengan alam semestanya. Jogja
Istimewa, Jogja Istimewa untuk Nusantara!
Sekian, terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jogja Expo Center, 18 Januari 2025
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HAMENGKU BUWONO X
Dokumen Lampiran : Sambutan Gubernur DIY
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- Desk Asistensi Penyusunan LPJ APBKAl 2024
- SURAT EDARAN NOMOR 8 TAHUN 2025 TENTANG GERAKAN GUNUNGKIDUL MENANAM
- JOGJA PANDU PERADABAN NUSANTARA MENUJU “HAMEMAYU HAYUNING BAWANA”
- Penyerahan Akta Kematian GPS alm Sutarjo Dengok V
- Lolos Seleksi Administrasi Bumkalma DBM 1 Hati
- Kamis Pon 16 Januari 2025
- Dandan Lampu