CINTA Cerita Romantis (Bagian 7)

marsono_marsono 06 Februari 2021 19:57:19 WIB

CINTA Cerita Romantis (Bagian 7)

 

Setiba dirumah sakit, kegelisahanku makin menjadi jadi. Setelah ku hubungi keluarganya. Aku menangis dalam dekapan ibunya, ya kami memang sudah akrab satu sama lain. Bahkan seperti anak dan ibu sendiri. Di luar pintu GAWAT DARURAT ku menunggu dengan kegelisahan, tatapan yang penuh dengan sejuta harapan pada satu orang yang keluar dari pintu itu. Semoga aku dapat menjadi ambulan saat Hilman keluar dari pintu gawat darurat, karena biasanya dia yang melakukan itu. Tapi kali ini, aku yang harus menggantikan tugasnya. Saat ada seseorang keluar.....

“dokter, bagaimana keadaan temanku? Apa dia baik baik saja? Apa dia selamat? Apa dia sehat sehat saja?” tanyaku pada dokter itu

“Maaf, kami tidak dapat menolongnya. Benturan dikepalanya sangat keras, tak ada darah yang keluar, tapi darah itu bergumpal banyak diotaknya.”

 

Serentak hal itu membuat harapanku menjadi hancur berkeping keping.

“Kami ingin melakukan pembedahan, tapi waktu yang tidak memungkinkan, dia menghembuskan nafas terakhir dan membaca dua kalimat sahadat dan memanggil nama “Jil”. Siapa itu?” jelas dokter padaku

“ Jil? Namaku Jazil Naila dok” sampai tersedu sedu ku berkata.

“ sungguh dia pria yang mengagumkan. Saat keadaannya sekarat, dia masih mengingat Alloh dan kamu”.

Lekas ku berlari menghampiri hilman yang sudah terbaring tak bernyawa. Air mataku semakin deras membasahi pipiku. Aku tak dapat berkata apapun lagi. Langsung keluarganya membawa dia kerumah, dan mengurus jenazahnya. Sungguh, aku tak ingin melihatnya dalam posisi di balut kain putih dan wajah yang pucat. Aku penakut, dan tak ingin melihatnya. Tapi ku kuatkan diri untuk selalu mendampingi disisinya sampai tanah terakhir menutupi kuburnya.

 

Hanya do’a yang bisa kulantunkan

Keikhlasan yang selalu ku genggam

Kekuatan yang jadi tumpuan

Dan kenangan yang menjadi senyuman.

 

Perubahan kepribadianku serentak berubah, aku menjadi sosok yang pendiam, cuek, dingin, dan menjauh dari apa yang ada hubungannya denganku dan Hilman. Rasanya itu sangat menyiksa. Dan penyesalan terbesarku yaitu karena aku belum sempat mengutarakan persaanku sampai dia menutup mata. Teman temanku berkata padaku, bahwa Hilman sangat mencintaiku. Tapi dia tak mau mengatakannya karena takut merusak persahabat kita, dan yang paling ia tidak mau yaitu menjalin hubungan terlarang yang dapat merusak izzah dan iffahku. Hilman yang selalu hadir dalam mimpiku dan membuatku semakin bersedih.

Teman teman yang silih berganti menghiburku bahkan tak sanggup membuatku tersenyum. Bunga mawar merah dan foto yang terletak dikamarku menjadi tempat pelamunanku mengingat kenangan manis bersamanya. Semakin lama, semakin layu. Tapi tak ku buang, bunga itu ku simpan baik baik.

 

Ku jalani hari dengan kesendirian

Tanpa seorang sahabat yang mengisi ruang dan waktu

Rasanya ku ternanam menahan luka yang dalam

Hampir saja ku mati rasa padamu

Dan hilangkan relung hatiku

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung