CAHYONO PENDHINIAWAN IMPACT PERPUSTAKAAN MASUK KABAR HANDAYANI
marsono_marsono 08 Januari 2019 15:48:06 WIB
DENGOK, (SID),– Suatu kebanggaan Pemerintah Desa Dengok Kasi Pemerintahan a/n Cahyono Pendhiniawan, begini beritanya.:
Berawal dari membaca-baca buku tentang pengembangan aplikasi software komputer. Perangkat desa di Desa Dengok, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Fendi Niawan berhasil membuat dan mengembangkan Aplikasi Pemerintah Desa (ASPADA).
Upayanya tersebut sangat membatu pelayanan di kantor desa tempatnya bekerja. Keberhasilannya tersebut membutuhkan proses panjang. Setidaknya DImulai sekitar tahun 2012.
“Dengan aplikasi ini dapat membantu mempermudah pelayanan pemerintah desa. Fungsinya untuk mengintegrasikan sebagian besar pelayanan data dalam satu pintu,” ungkapnya beberapa waktu lalu.
Cerita berawal semenjak ada perpusdes di kantor desanya. Ia mulai membaca-baca buku yang berhubungan dengan pengembangan aplikasi atau software komputer. Awalnya ia kesulitan untuk mempraktekkan teori yang dipelajari. Pasalnya di kantor desa hanya ada satu komputer dengan spesifikasi yang masih terbatas.
Barulah ia tekun praktek mencoba membuat aplikasi saat ada bantuan komputer dari Coca-cola Foundation Indonesia (CCFI). Saat itu komputer diberikan guna menunjang pengembangan Perpustakaan desa (Perpusdes) yang ada di kantor desa.
Kehadiran dana desa tahun 2014/2015 semakin menunjang keinginannya membuat aplikasi yang mempermudah pelayanan administrasi di desa. Sebagian dana desa digunakan untuk pengadaan perangkat komputer.
“Ibu saya pustakawan di sebuah SMA. Sehingga saya dapat menambah referensi pembuatan aplikasi dengan meminjam buku di perpus SMA itu,” ujar bapak dari dua anak ini.
Meski ada aplikasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dari Kemendagri kenyataannya masih ditemui banyak kendala serta efektivitas dalam penggunaannya.
Dibuatnya aplikasi berbasis Microsoft visual basic ASPADA dapat menyuplai beragam data. Baik ke aplikasi SIAK maupaun Sistem Informasi Desa (SID) dari Disdukcapil. Sehingga sangat mempermudah berbagai pelayanan.
“ASPADA dapat menggabungkan semua data dari aplikasi pemerintah. Satu aplikasi untuk banyak bidang data, bisa data kependudukan, umum, dan pemerintahan, sehingga pelayanan ke masyarakat bisa satu pintu,” papar Fendi.
Saat ini beberapa desa telah meminta dan memakai hasil karya Fendi. Setiap desa yang menginginkan untuk menggunakan aplikasi tersebut, terlebih dahulu Fendi memberikan ulasan mengenai seluk beluk aplikasi. Sebab harus ada perangkat desa yang bertanggung jawab mengoperasikan, mengelola, serta melakukan perawatan termasuk melakukan pembaharuan.
Selain belasan desa di Gunungkidul, banyak pula dari luar DIY bahkan luar jawa yang menginginkan aplikasi tersebut. Hanya saja keterbatasan waktu membuat lelaki yang pernah mengenyam pendidikan jurusan perpustakaan ini tak dapat melayani semua permintaan.
“Ya untuk biaya instalasi dan injek data saya tak mematok tarif, biasanya diberi antara Rp. 500 hingga Rp. 1 juta,” tukas Fendi.
Copas dari Kabar Handayani.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |