Memaknai Tradisi Syawalan

marsono_marsono 07 Juni 2019 21:26:22 WIB

Bagi masyarakat Jawa, tradisiSyawalan digelar rutin seminggu setelah Shalat Idul Fitri, atau hingga Lebaran Ketupat pada hari ke-tujuh bulan Syawal. ... Ketupat dalam bahasa Jawa diterjemahkan dengan "Laku Lepat" yang di dalamnya mengandung empat makna yakni: Lebar, Lebur, Luber dan Labur.

 

 

Memaknai Tradisi Syawalan

 

 

Syawal adalah salah satu bulan dalam kalender Islam. Bagi masyarakat Jawa, tradisi Syawalan digelar rutin seminggu setelah Shalat Idul Fitri, atau hingga Lebaran Ketupat pada hari ke-tujuh bulan Syawal.

 

Syawalan kini semakin populer karena tak hanya dilakukan oleh umat Islam, namun oleh masyarakat secara umum dalam ikatan keluarga, kesamaan profesi atau ikatan tertentu lainnya Ngalamers.

 

Berbagai kelompok masyarakat mempunyai ciri dan caranya masing-masing dalam memaknai Lebaran Ketupat. Di beberapa tempat di Jawa, khususnya di Jawa Timur, sering dinamai sebagai Kupatan, Bakda Ketupat (Lebaran Ketupat) atau 'Kecilan' (Lebaran Kecil/Lebaran 'Kedua' Setelah 1 Syawal).  Biasanya seminggu setelah 1 Syawal, hampir setiap rumah menganyam ketupat dari daun kelapa muda. Setelah masak, ketupat tersebut bakal diantarkan ke kerabat yang lebih tua, menjadi sebuah lambang kebersamaan.

 

Ketupat dalam bahasa Jawa diterjemahkan dengan "Laku Lepat" yang di dalamnya mengandung empat makna yakni: Lebar, Lebur, Luber dan Labur. Lebar artinya luas, lebur artinya dosa/kesalahan yang sudah diampuni, luber maknanya pemberian pahala yang berlebih, dan labur artinya wajah yang ceria. 

Secara keseluruhan bisa dimaknai sebagai suatu keadaan yang paling bahagia setelah segala dosa yang demikian besar diampuni untuk kembali menjadi manusia yang bersih. Kendati demikian, tidak ada yang mengetahui kapan tepatnya tradisi ini dimulai dan siapa yang memulai tradisi ini Ngalamers.

Ada beberapa makna yang terkandung dalam tradisi Syawalan yang sering kita temukan di tengah masyarakat.

1. Ajang Saling Memaafkan

Syawalan merupakan momen yang tepat untuk saling memaafkan. Meski tak harus selalu di bulan Syawal. Dengan saling berjabat tangan dan memaafkan secara tulus ikhlas, kesalahan kita terhadap sesama akan luntur dengan sendirinya.

2. Sarana Silaturahmi

Ketika bertemu dan saling memaafkan, silaturahmi dengan kerabat jauh maupun dekat akan semakin erat terjalin. Apalagi jika dikemas dengan suasana yang menarik dan kreatif, peluang untuk bertemu kenalan baru atau yang tetangga yang belum akrab akan terbuka lebar. Tentunya dengan harapan jalinan persaudaraan yang positif.

3.Berbagi Rizki

Tak hanya bersilaturahmi dan berbagi ketupat dengan kerabat, di ajang Syawalan, tetangga yang kurang mampu juga tak luput dari kegiatan berbagi ini. Di beberapa daerah di Jawa Timur, acara 'Kupatan' diadakan tersendiri di Masjid-masjid atau mushola dengan mengundang seluruh perwakilan warga dari berbagai kalangan. Kegiatan ini digelar pada hari ke tujuh bulan Syawal.

3. Bertukar Informasi dan Koordinasi

Dalam lingkup keluarga, seringkali momen Syawalan dijadikan media penyebaran informasi tentang berbagai hal termasuk peluang kerja yang mungkin saja dibutuhkan oleh kerabat yang sedang mencarinya. Dengan hubungan kekeluargaan, bisa saja ikatan kerja akan terbentuk melalui Syawalan. 

Di dalam lingkup keluarga yang lebih besar, Syawalan juga dimanfaatkan untuk koordinasi sesama anggota keluarga. Seperti membagi jadwal merawat orang tua, acara berkumpul pada momen-momen tertentu, maupun menentukan tugas anggota keluarga dalam menjaga warisan orang tua. 

 

dari berbagai sumber net

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung