Tempe Buntel Godong Masih Exsis
marsono_marsono 10 Januari 2020 20:22:59 WIB
Kalau Anda Desa Dengok dan sempat makan di beberapa warung makan tradisional yang menyajikan tempe goreng renyah berbumbu gurih, mungkin Anda bertanya-tanya asal tempe tersebut. Bukan begitu?
Beberapa tempat makanan itu memang menyediakan tempe goreng yang beraroma khas. Jangan salah, tempenya asli berasal dari Dengok. Salah satunya adalah dari Rumah Tempe Mbah Dukuh II di Padukuhan Dengok II.
Produsen tempe rumahan ini sudah beroperasi lebih dari 30 tahun. Mereka rutin menjadi pemasok tempe di sejumlah warung makan. Bahkan, banyak pelanggan yang masih setia mengonsumsi tempe legendaris yang memiliki bentuk tradisional ini. Pelanggan dari luar kota kerap juga khusus datang membeli tempe godong jati ini jika mampir di Wilayah Dengok. Mereka jadikan tempe tersebut sebagai oleh-oleh. Ide bagus, ya. “Bahkan kalau hari Lebaran, banyak pelanggan luar kota yang datang. Lebaran, kami tetap buka, silaturahmi sekalian melayani pelanggan,” ujar Ibu Sutini sambil membungkus tempe dengan cekatan. “Mau coba?” tanyanya dengan derai tawa kepada admin.
Rumah Tempe Mbah Dukuh II ini terletak di Rt 08 Rw 02, Padukuhan Dengok II, Desa Dengok, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.
Setiap hari, ibu Sutini ditemani oleh ‘hanya’ seorang pegawai membungkus tempe dengan daun jati. Ada dua bentuk bungkusannya: segienam dan segiempat. Harga tempenya ia banderol Rp3.000 untuk tempe segienam dan Rp2.000 untuk segiempat. Tempe biasa satu ikatnya berisi 12 potong tempe dihargai Rp3.500.
Proses pembuatan tempenya cukup panjang, mulai dari merebus kedelai, menggiling kedelai, mencuci kedelai, dan direbus kembali keesokan harinya kemudian dibungkus, dan didiamkan sampai siap dikonsumsi. Yang istimewa, tempe produksi Rumah Tempe Mbah Dukuh II dibuat dengan menggunakan ragi organik.
Jamur yang sudah menempel di daun jati, disebarkan ke dalam kedelai bahan tempe.
“Jamur untuk tempenya berasal dari ragi alami yang menempel di daun jati tempe produksi sebelum ini. Jadi, tidak perlu membeli ragi lagi,” ujar Sutini sambil memperlihatkan cara membungkus tempe segi enam. Sepertinya, Sutini sukses menerapkan prinsip recycle dan reuse, ya.
Setelah dibungkus dengan daun jati, tempe disimpan selama 4 hari, lalu siap dikonsumsi.
Penasaran ingin melihat proses pembuatan tempenya? Datang setelah pukul 08.00 pagi ke Rumah Tempe di Dengok II saja. Bu Sutini akan mulai membungkus tempe setelah ia pulang berbelanja di pasar. Jangan kesiangan.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |